GAYA
VAN DER WAALS
Johannes Diderik van der Waals (23 November 1837 –
8 Maret 1923) ialah ilmuwan Belanda yang terkenal “atas karyanya pada persamaan
gas cairan”, sehingga ia memenangkan Penghargaan Nobel dalam Fisika pada 1910.
van der Waals adalah yang pertama menyadari perlunya mengingat akan volume
molekul dan gaya antarmolekul (kini disebut “gaya van der Waals”) dalam
mendirikan hubungan antara tekanan, volume, dan suhu gas dan cairan. Gaya van
der Waals dalam ilmu kimia merujuk pada jenis tertentu gaya antar molekul.
Gaya Van Der Waals terjadi akibat interaksi antara
molekul-molekul non polar (Gaya London), antara molekul-molekul polar (Gaya
dipole-dipol) atau antara molekul non polar dengan molekul polar (Gaya
dipole-dipol terinduksi).
Gaya Dispersi London
Gaya dispersi juga dianggap sebagai
jenis van der Waals dan yang paling lemah dari semua gaya antarmolekul. Mereka
sering disebut Gaya London setelah Fritz London (1900-1954), yang pertama kali
mengajukan keberadaan mereka pada tahun 1930. Gaya dispersi London adalah gaya
antarmolekul yang terjadi antara atom dan antara molekul nonpolar akibat
gerakan elektron.
Gaya dipol-dipol adalah hasil dari daya
tarik ujung positif dipol yang satu ke ujung negatif dari dipol tetangga.
Awan elektron dari atom helium berisi
dua elektron, yang biasanya diperkirakan akan merata secara spasial di sekitar
inti. Namun, pada saat tertentu distribusi elektron mungkin tidak merata,
sehingga timbul dipol sesaat. Dipol lemah dan sementara ini kemudian
mempengaruhi atom tetangga helium melalui tarik dan tolakan elektrostatik. Ini
akan menginduksi dipol atom helium terdekat, perhatikan Gambar di bawah.
Sebuah dipol singkat atau seketika
dalam sebuah atom helium.
Dipol sesaat dan akan menginduksi
secara lemah tertarik satu sama lain. Gaya dispersi meningkat seiring jumlah
elektron dalam atom atau molekul nonpolar yang meningkat. Kelompok halogen
terdiri dari empat unsur yang semua mengambil bentuk molekul diatomik nonpolar.
Gaya dispersi yang kuat untuk molekul
yodium karena mereka memiliki jumlah terbesar dari elektron. Gaya yang relatif
kuat menghasilkan titik leleh dan titik didih yang tertinggi dari kelompok
halogen.
Gaya ini cukup kuat untuk menahan molekul yodium
berdekatan dalam keadaan padat pada suhu kamar. Gaya dispersi yang semakin
lemah untuk brom, klorin, dan fluorin dan ini diilustrasikan dalam titik leleh
dan titik didih yang lebih rendah pada mereka. Brom ada dalam bentuk cair pada
suhu kamar, sedangkan klorin dan fluor adalah gas, dengan molekul yang lebih
jauh terpisah dari satu sama lain. Gaya antarmolekul hampir tidak ada dalam
keadaan gas, sehingga gaya dispersi dalam klorin dan fluor hanya menjadi
terukur saat suhu menurun dan mereka mengembun menjadi keadaan cair.
Gaya Dipol-Dipol
Gaya dipol-dipol adalah gaya tarik
menarik yang terjadi antara molekul polar. Sebuah molekul hidrogen klorida
memiliki atom hidrogen sebagian positif dan atom klor sebagian negatif. Dalam
kumpulan banyak molekul hidrogen klorida, mereka akan mensejajarkan diri agar
daerah bermuatan
sebaliknya dari molekul tetangga berdekatan satu sama lain. Gaya
dipol-dipol di alam berbentuk serupa, tetapi jauh lebih lemah dari ikatan
ionik.
Ikatan Van Der Waals terdapat
antar molekul zat cair atau padat dan sangat lemah. Gaya Van Der Waals dahulu
dipakai untuk menunjukkan semua jenis gaya tarik-menarik antar molekul. Namun
kini merujuk pada pada gaya-gaya yang timbul dari polarisasi molekul yang
terlemah menjadi dipole seketika. Pada saat tertentu, moleku-molekul dapat
berada dalam fase dipole seketika ketika salah satu muatan negative berada di
sisi tertentu. Dalam keadaan dipol ini, molekul dapat menarik atau menolak
electron lain dan menyebabkan atom lain menjadi dipole. Gaya tarik menarik yang
muncul sesaat ini merupakan gaya Van Der Waals.
Karena gaya ini sangat lemah maka
zat yang mempunyai ikatan van der waals akan mempunyai titik didih yang sangat
rendah. Meskipun demikian gaya van der waals bersifat permanen dan lebih kuat
dari gaya london. Contoh gaya van der waals terdapat pada senyawa hidrokarbon.
Misalnya pada senyawa CH4. Perbedaan keelektronegatifan C (2,5)
dengan H (2,1) sangat kecil, yaitu sebesar 0,4.
Senyawa-senyawa yang mempunyai
ikatan van der waals akan mempunyai titik didih sangat rendah, tetapi dengan
bertambahnya Mr Ikatan akan makin kuat sehingga titik didih lebih tinggi.
Contohnya, titik didih C4H10>C3H8>C2H6>CH4.
Contoh lainnya terdapat pada Br2 dan I2. Br2
berwujud cair tetapi mudah menguap dan I2 berwujud gas tetapi mudah
menyublim. Hal ini disebabkan karena ikatan antara molekul Br2 dan I2
adalah ikatan van der waals.
Klasifikasi Gaya Van
der Waals
Gaya Van Der Walls dapat dibagi
berdasarkan jenis kepolaran molekulnya, yaitu :
1.
Interaksi ion – dipole
Gaya antarmolekul ini terjadi antara
ion dan senyawa kovalen polar. Ketika dilarutkan dalam senyawa kovalen polar,
senyawa ion akan terionisasi menjadi ion positif dan ion negatif. Ion positif
akan tarik menarik dengan dipol negatif, dan sebaliknya.
Selain gaya ion-dipol, juga dikenal gaya ion-dipol sesaat, dimana terjadi dari interaksi antar gaya dipol-dipol terinduksi dengan gaya ion-dipol. Jika ion dari senyawa ion berdekatan dengan molekul nonpolar, ion tersebut dapat menginduksi dipol molekul nonpolar. Dipol terinduksi molekul nonpolar yang dihasilkan akan berikatan dengan ion.
Selain gaya ion-dipol, juga dikenal gaya ion-dipol sesaat, dimana terjadi dari interaksi antar gaya dipol-dipol terinduksi dengan gaya ion-dipol. Jika ion dari senyawa ion berdekatan dengan molekul nonpolar, ion tersebut dapat menginduksi dipol molekul nonpolar. Dipol terinduksi molekul nonpolar yang dihasilkan akan berikatan dengan ion.
Gaya Ion-dipol
Interaksi ion – dipol merupakan
interaksi (berikatan) / tarik menarik antara ion dengan molekul polar (dipol).
Interaksi ini termasuk jenis interaksi yang relatif cukup kuat.
Contoh
: H+ + H2O
→ H3O+
Ag+ + NH3 → Ag(NH3)+
Sebagai
contoh, NaCl (senyawa ion) dapat larut dalam air (pelarut polar) dan AgBr
(senyawa ion) dapat larut dalam NH3 (pelarut polar).
2.
Interaksi dipol – dipol
Interaksi dipol – dipol merupakan
interaksi antara sesama molekul polar (dipol). Interaksi ini terjadi antara
ekor dan kepala dimana jika berlawanan kutub maka akan tarik-menarik dan
sebaliknya.
Tanda “+” menunjukkan dipol positif,
tanda “-” menunjukkan dipol negatif
Molekul seperti HCl memiliki dipol
permanen karena klor lebih elektronegatif dibandingkan hidrogen. Kondisi
permanen ini, pada saat pembentukan dipol akan menyebabkan molekul saling tarik
menarik satu sama lain. Molekul yang memiliki dipol permanen akan memiliki
titik didih yang lebih tinggi dibandingkan dengan molekul yang hanya memiliki
dipol yang berubah-ubah secara sementara.
Agak mengherankan dayatarik dipol-dipol
agak sedikit dibandingkan dengan gaya dispersi, dan pengaruhnya hanya dapat
dilihat jika kamu membandingkan dua atom dengan jumlah elektron yang sama dan
ukuran yang sama pula. Sebagai contoh, titik didih etana, CH3CH3,
dan fluorometana, CH3F adalah:
Keduanya memiliki jumlah elektron yang
identik, dan ukurannya hampir sama – seperti yang terlihat pada diagram. Hal
ini berarti bahwa gaya dispersi kedua molekul adalah sama. Titik didih
fluorometana yang lebih tinggi berdasarkan pada dipol permanen yang besar yang
terjadi pada molekul karena elektronegatifitas fluor yang tinggi.
Akan tetapi, walaupun memberikan
polaritas permanen yang besar pada molekul, titik didih hanya meningkat
kira-kira 10°.
Berikut ini contoh yang lain yang
menunjukkan dominannya gaya dispersi. Triklorometan, CHCl3,
merupakan molekul dengan gaya dispersi yang tinggi karena elektronegatifitas
tiga klor. Hal itu menyebabkan dayatarik dipol-dipol lebih kuat antara satu
molekul dengan tetangganya.
Dilain pihak, tetraklorometan, CCl4,
adalah non polar. Bagian luar molekul tidak seragam – in pada semua arah. CCl4
hanya bergantung pada gaya disperse.
3.
Interaksi ion – dipol terinduksi
Interaksi ion – dipol terinduksi
merupakan interaksi antara aksi ion dengan dipol terinduksi. Dipol terinduksi
merupakan molekul netral yang menjadi dipol akibat induksi partikel bermuatan
yang berada didekatnya. Partikel penginduksi tersebut dapat berupa ion atau
dipol lain dimana kemampuan menginduksi ion lebih besar daripada kemampuan
menginduksi dipol karena muatan ion yang juga jauh lebih besar. Interaksi ini
relatif lemah karena kepolaran molekul terinduksi relatif kecil daripada dipol
permanen.
Contoh
: I– + I2 → I3
4.
Interaksi dipol – dipol terinduksi
Suatu molekul polar yang berdekatan
dengan molekul nonpolar, akan dapat menginduksi molekul nonpolar. Akibatnya.
Molekul nonpolar memiliki dipol terinduksi.
Dipol dari molekul polar akan saling
tarik-menarik dengan dipol terinduksi dari molekul nonpolar. Contohnya terjadi
pada interaksi antara HCl (molekul polar) dengan Cl2 (molekul nonpolar).
5.
Interaksi dipol terinduksi – dipol
terinduksi
Mekanisme terjadinya interaksi dipol
terinduksi – dipol terinduksi : Pasangan elektron suatu molekul, baik yang
bebas maupun yang terikat selalu bergerak mengelilingi inti elektron yang
bergerak dapat mengimbas atau menginduksi sesaat pada tetangga sehingga molekul
tetangga menjadi polar terinduksi sesaat molekul ini pula dapat
menginduksi molekul tetangga lainnya sehingga terbentuk molekul-molekul dipol
sesaat.
Contoh gaya van der waals dalam kehidupan
sehari-hari misalnya, gula larut dalam air karena molekul-molekul gula
tercampur merata dengan molekul air; pakaian basah jika dijemur menjadi kering
karena molekulmolekul air pada pakaian itu menguap menjadi molekul uap air dan
terlepas dari pakaian.
Reference:
http://ilmualam.net/pengertian-gaya-van-der-waals.html
materi yang dipaparkan sangat bermanfaat sekali. terimakasih
BalasHapusTerima kasih atas materinya, sangat bermanfaat
BalasHapusterima kasih atas materi yang telah saudari paparkan pada penjelasan di atas, menarik dan bermanfaat sekali untuk dijadikan sebagai referensi:)
BalasHapusterimakasih atas ilmunya kak, sangat bermanfaat sekali :)
BalasHapusTerimakasih atas uraiannya, sangat bermanfaat
BalasHapusTerima kasih ulasan yang sangat branfaat .
BalasHapusTerima kasih atas materinya lengkap dan menarik
BalasHapusCukup lengkap, Reni.
BalasHapusNgutip sedikit ya.
Terima kasih.
Adakah kaitan antara gaya van der waals dgn gaya london ?
BalasHapus